Pages

Wednesday, August 15, 2012

Apakah Handphone Dapat Membuat Kita Mandul?


Ashok Agarwal, direktur Center for Reproductive Medicine di Cleveland Clinic membongkar hubungan tidak sehat antara manusia dan telepon seluler mereka. Agarwal dan rekan meneliti 361 pria untuk membandingkan kesehatan sperma dengan aktivitas telepon seluler mereka. Peneliti menemukan hubungan positif antara sperma yang lemah dengan banyaknya waktu bicara. 
Penelitian Agarwal sepertinya cukup memaksakan karena ada banyak indikator lain yang tidak dihitung, seperti gaya hidup partisipan yang juga dapat berkontribusi pada lemahnya kualitas sperma mereka. Namun Agarwal bukanlah peneliti pertama yang mempertanyakan efek kesehatan dengan frekuensi penggunaan telepon seluler. Beberapa orang berfikir radiasi elektromagnetik lebih berperan untuk diteliti secara detil. 
Setiap kita berbicara di telepon seluler, transmitter internal mengubah suara kita menjadi gelombang sinus kurva yang oleh antena kemudian mengirimkan dalam bentuk energi frekuensi radio. Bentuk energi berjalan ini disebut radiasi, hal ini juga berlaku pada media komunikasi lain seperti televisi, radio, dan telepon tanpa kabel [sumber: Komisi Komunikasi Federal(FCC)]. Dan sejak radiasi telepon seluler diklasifikasikan sebagai non-ionizing, yang berarti tidak cukup kuat untuk menghancurkan atom dan molekul dengan mencuri elektron, sehingga tidak dianggap cukup berbahaya bagi manusia.
Meskipun radiasi non-ionizing tidak memaparkan bahaya langsung (tidak seperti sinar gama dan sinar X), tubuh kita tetap menyerapnya setiap kali kita berbicara di telepon. FCC mengumumkan kadar serapan spesifik (SAR) sebagai jumlah legal radiasi telepon selular yang dapat dipaparkan tanpa mengancam kesehatan manusia. SAR di Amerika yaitu 1,6 watt/kg dan 2 watt/kg di Eropa. 
Beberapa bulan setelah klinik Cleveland mengumumkan penelitian pada penggunaan telepon seluler dan sperma, Ashok Agarwal melakukan penelitian lanjutan. Ia mengambil 32 sampel sperma -23 dari pria sehat dan 9 dari pria yang bermasalah dengan infertilitas- dan membagi mereka ke grup test dan grup kontrol. Sampel dari kedua grup disimpan dalam lingkungan yang sama, kecuali bahwa grup test duduk 2,5cm dari telepon seluler dalam mode bicara. setelah satu jam terpapar radiasi, grup test menunjukkan 7% penurunan motilitas sperma dan 11% penurunan jumlah sperma yang hidup. Selain itu, kelompok uji yang sama menunjukkan lompatan 85% dalam produksi atom tidak stabil yang disebut radikal bebas. 
Jumlah sampel Agarwal masih terlalu kecil untuk menggambarkan kesimpulan pasti, namun ia menduga bahwa efek termal radiasi telepon seluler dapat menyebabkan reaksi negatif pada sperma. Otot, jaringan dan lemak membantu memisahkan tubuh dari efek termal, tapi mata dan testis lebih rentan terekspos karena aliran darah yang relatif rendah untuk daerah-daerah tersebut [sumber: Krewski et al]