Pages

Friday, March 5, 2010

Aditif Makanan

Aditif makanan atau zat tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Aditif Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. termasuk kedalamnya adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemanis, anti oksidan, pengemulsi, pemutih dan pematang tepung, pengatur keasaman, anti gumpal, pengeras dan pengawet. pada umumnya bahan makanan tambahan dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a. Aditif sengaja, adalah aditif yang diberikan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalya untuk meningkatkan konsentrasi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dll.
b. Aditif tidak sengaja, adalah aditif yang terdapat dalam makanan yang jumlahnya sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
aditif makanan dapat diperoleh secara alamiah, dan dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun metabolismenya. pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian, bahan sintetik juga mempunyai kekurangan, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses, dan bila penggunaan zat aditif secara berlebihan dan terus menerus dapat membahayakan kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena bahan itu ada kemungkinan bersifat mutagenik/karsinogenik, yang dapat menyebabkan kelainan genetik, kanker, penuaan sel, serta kerusakan organ lainnya.
Pemanis Buatan
Menurut Winarno F G. (1992), pemanis buatan merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula (sukrosa). umumnya zat pemanis buatan mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan struktur polihidrat gula alam.
Rasa manis dapat dirasakan jika molekul tepat melekat pada reseptor, yaitu struktur penerima stimulasi dari luar, yang terdapat pada membran sel lidah. Melekatnya molekul ini memicu proses berantai yang pada akhirnya menghasilkan zat transmisi syaraf. zat ini berfungsi sebagai sinyal yang memberi tahu otak bahwa sedang memakan sesuatu yang manis. Jadi sebenarnya, zat apapun yang melekat dengan pas pada reseptor rasa manis, akan dianggap gula oleh otak.
Gula biasa (sukrosa) dicerna dan masuk kedalam siklus metabolisme tubuh untuk kemudian diubah menjadi kalori. Kalori yang berlebihan dan tidak terpakai disimpan sebagai lemak. Sementara itu, zat pemanis buatan (aspartam) tidak tercerna dan berarti tidak menjadi kalor sama sekali. Selain itu, pemanis jenis ini tidak mempengaruhi tingkat insulin dalam darah. Oleh sebab itu, pemanis tidak berkalori sering digunakan untuk produk-roduk rendah kalori atau produk-produk yang ditujukan sebagai produk rendah gula, dan sangat baik untuk penderita kencing manis.
Aspartam
Aspartam ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte. Aspartam merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan fenilalanin. Fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai pesan pada sistem syaraf otak.
Aspartam dijual dengan nama dagang Equal, Nutrasweet, dan Canderel, yang telah digunakan di hampir 6000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen.
Aspartam dengan rumus struktur C14H18N2O5 mempunyai berat molekul 294,301 g/mol. Aspartam memiliki titik lebur 246-247`C. Aspartam memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu mempunyai energi yang sangat rendah, mempunyai cita rasa manis mirip gula, tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi, menguatkan cita rasa buah2an pada makanan dan minuman sehingga dapat digunakan sebagai pemanis pada makanan dan minuman pada penderita diabetes.
Diantara semua pemanis tidak berkalori, hanya aspartam yang mengalami metabolisme. tetapi proses pencernaan aspartam juga seperti proses pencernaan protein lain. Aspartam akan dipecah menjadi komponen dasar, dan baik aspartam maupun komponen dasarnya tidak akan terakumulasi dalam tubuh.